Rabu, 11 Mei 2011

MEMBERDAYAKAN OTAK KIRI DAN OTAK KAKAN ANAK DALAM BELAJAR

          Di minggu pagi itu saya begitu bersemangat mengantar anak saya yang kedua untuk mengikuti try out yang diselenggarakan oleh salah satu pusat bimbingan belajar (bimbel) di kebupaten Sumedang, khusus untuk siswa kelas IV dan V SD. Terlepas dari tujuan pusat bimbel tersebut dalam mengadakan kegiatan itu, ada hal yang lebih menarik bagi saya karena ternyata sampai di tempat, di salah satu SMA terkemuka, begitu membludak calon peserta try out tersebut. Entah, apakah karena kegiatan tersebut tidak dipungut biaya atau gratis? Tapi bagi saya, intinya adalah begitu antusiasnya orang tua untuk mengikutkan anaknya dalam kegiatan ini, termasuk saya sendiri. Dan yang lebih menariknya lagi, walau memang ini sudah lazim terjadi, kebanyakan dari mereka yang mengantar anaknya adalah ibu-ibu. Saya sempat termenung sejenak, hebat juga ibu-ibu di tengah-tengah padatnya kegiatan rutinitas keseharian, masih tetap bersemangat, sama semangatnya dengan saya untuk hal yang satu ini. Itu tidak lain karena semua orang tua mengharapkan anaknya mendapatkan pendidikan yang tinggi dan ,bisa meraih cita-cita yang diharapkan.
         Tepat jam 08.00 anak-anak melaksanakan try out, kami orang tua siswa dipersilahkan untuk mengikuti seminar yang tanpa pungutan biaya juga. Banyak hal yang saya dapatkan, karena selain bisa bertemu dengan yang lain, kami juga bisa berbincang-bincang tentang anak masing-masing yang berkaitan dengan sekolahnya. Dan tentu saja, ada banyak ilmu yang dapat diambil dari yang hanya seorang pembicara dalam seminar tersebut, yang bisa diterapkan oleh orang tua di rumah saat mendampingi anak-anaknya dalam belajar.
Berangkat dari salah satu permasalahan sistem pendidikan yang ada di negara kita, yaitu banyak siswa yang memperoleh hasil belajar tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dengan suatu kenyataan bahwa ada siswa yang berprestasi di sekolahnya tetapi gagal menghadapi ujian atau tes seleksi masuk ke sekolah jenjang berikutnya. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidaksiapan siswa dalam menghadapi serangkaian kegiatan pembelajaran di sekolah maupun tes seleksi. Untuk mengatasi hal ini, menurut pembicara, bahwa siswa mutlak harus memiliki kemampuan dasar, keterampilan belajar, motivasi tinggi, dan kenyamanan psikologis.
 
Modalitas
        Modalitas merupakan cara anak dalam menyerap informasi (pelajaran), dan tiap anak mempunyai cara yang berbeda-beda. Secara umum modalitas terdiri dari visual, auditorial, dan kinestetik. Anak visual lebih mudah belajar melalui apa yang mereka lihat, anak auditorial lebih senang belajar melalui apa yang mereka dengar, sedangkan anak kinestetik akan lebih mudah mengerti apabila sambil melakukan gerakan ringan. Tiap-tiap cara tadi telah disimulasikan oleh pembicara, sehingga yang hadir dalam seminar tersebut lebih mengerti dan bisa menerapkannya di rumah ketika membimbing anak-anaknya dalam belajar.  

Dominasi Otak
        Otak manusia mempunyai belahan kiri dan belahan kanan, yang di kenal dengan otak kiri dan otak kanan. Dalam kenyataan, ada manusia yang dominan otak kiri dan ada yang dominan otak kanan. 

 
        Otak kiri bertanggung jawab terhadap kemampuan verbal dan matematis, seperti : berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Dan proses berfikir otak kiri bersifat logis, sistematis, dan analitis. Otak kiri tergolong short term memory (memori jangka pendek). Otak kanan berurusan dengan irama, musik, imajinasi, emosi, warna, gambar, dan diagram. Dan cara berfikir otak kiri yaitu kreatif, tidak teratur, dan menyeluruh. Otak kanan tergolong long term memory (memori jangka panjang). Misalnya, seraya pembicara memberikan contohnya, ketika kita bertemu dengan teman lama, seringkali kita ingat wajahnya tetapi lupa namanya. Mengapa demikian? Karena wajah/gambar diproses oleh otak kanan yang mempunyai memori jangka panjang, sedangkan nama/kata-kata diproses oleh otak kiri yang mempunyai memori jangka pendek.
        Kembali menurut pembicara, untuk mengoptimalkan kerja otak baik itu otak kiri maupun otak kanan, maka ada beberapa teknik yang bisa diterapkan pada anak. Yang pertama adalah teknik membaca; ketika anak selesai membaca buku, tetapi informasi yang diperoleh sangat minim bahkan tidak memahami isi buku yang dibaca, maka diterapkan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review). Sebagai contoh, anak bisa menggarisbawahi atau memberi warna pada kalimat yang merupakan inti bacaan atau yang dianggap penting ketika membaca, dengan warna yang disukainya, misalnya menggunakan stabilo.
        Yang kedua yaitu teknik mencatat; saat anak ingin mengulang pelajaran yang telah diterangkan tetapi cacatan tidak lengkap, ada cara untuk mencatat yang efektif dan efisien yang dikenal dengan metode cornell, dan untuk mengoptimalkan penggunaan otak kanan dalam mencatat digunakan metode mind map. Misalnya setelah membaca siswa dapat mencatat singkat inti bacaan pada bagian tempat kosong di pinggir teks bacaan.
        Teknik yang ketiga adalah teknik mengingat; ada mata pelajaran tertentu yang materi pelajarannya harus dihafal, dan ada anak yang kemampuan menghafalnya sangat minim, maka dalam menghafal terdapat metode loci, asosiasi, dan chunking. Contoh dalam pelajaran Sejarah yang harus banyak mengingat angka-angka tahun sebuah peristiwa sejarah, anak dapat mengingatnya melalui serangkaian kalimat cerita.
        Sedangkan teknik yang terakhir yaitu berfikir kreatif; dimana anak dapat berfikir dengan sudut pandang yang berbeda, misalnya dalam penyelesaian soal yang menggunakan rumus-rumus, anak dapat menyelesaikannya dengan cara atau rumus yang lain, sehingga anak akan kaya dengan variasi penyelesaian soal.
        Akhir dari kegiatan hari itu adalah pengumuman hasil try out yang telah diikuti oleh sekitar 496 anak kelas V SD dari berbagai daerah di kabupaten Sumedang, mulai dari SD pelosok sampai SD pavorit, dengan bidang studi yang di teskan yaitu Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan PKn, sebanyak 100 soal dalam waktu 120 menit ( 2 jam). Alhamdulillah, walau anak saya tidak masuk ke dalam 5 anak yang di panggil tampil ke depan karena mendapatkan nilai tertinggi, tapi hasilnya tidak mengecewakan karena hanya beda angka di belakang koma. Dan selanjutnya, ada sekian banyak anak kelas IV SD yang sudah menunggu untuk mengikuti try out pada dua jam berikutnya.
        Ada rasa lega karena anak telah mengikuti try out tersebut, ada juga rasa kurang puas karena hasilnya tidak spektakuler seperti yang diharapkan. Tapi semua kembali kepada diri saya sendiri, saya harus mengoreksi diri dalam hal ini. Mungkin saya kurang maksimal ketika mendampingi anak saat belajar, atau kurang memahami modalitas anak yang dimiliki dan tidak mengoptimalkannya, atau juga memang tidak berusaha memberdayakan otak kiri dan otak kanan anak, dan lain-lain seperti yang disampaikan oleh pembicara pada seminar tersebut. Tetapi koreksi hanyalah tinggal koreksi kalau tidak melakukan perubahan, apalah artinya.

Hasil seminar tentang anak, tgl 1 Mei 2011.
Oleh : Dedeh Sulastri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar